It’s Okay to Not Be Okay

“Kita punya Tuhan, Dim. Karena itu kita harus memilih dengan tegas dan ikhlas menjalani pilihan itu”.

Aku ingat sekali kata-kata ini diucapkan oleh teman baik saya ketika waktu itu harus mengambil keputusan besar di dalam hidup. Kami duduk berhadapan, di negara yang asing, dengan pakaian kerja kami yang mulai kusut, dan air minum tak bersisa di meja. Aku mulai memutar-mutar sedotan, gelisah.

“Bagaimana kalau aku salah ambil keputusan?”

“Hidup itu kayak kepingan puzzle. Terkadang dapat hilang dalam sekejap, tapi, jangan pernah berhenti. Suatu saat, kamu akan menemukan kepingan-kepingan yang sepadan, dan pada akhirnya… gambarannya akan tampak utuh”.

Sejujurnya, aku rindu dengan percakapan-percakapan di antara kesepian. Terasa lebih nyata dan tak perlu berpura-pura untuk terlihat baik-baik saja. Tetapi, baik-baik saja adalah mantra yang selalu diucapkan dalam hati,

I’m okay, and everything would be fine“.

Terkadang kita malu untuk mengakui, bahkan kepada diri sendiri, bahwa kita bisa dan boleh merasa sedih. Bukan berarti kita gagal, atau bahwa hidup memperdayai kita. Media sosial tentu saja tidak memberikan pandangan yang bijak: semua orang tampak selalu berada di puncak dan bahagia, seperti mata uang baru di masyarakat.

Masalahnya adalah kenyataan hidup tidak benar-benar seperti itu, dan ketika kita mengharapkannya, terkadang hal itu hanya akan membuat kita merasa menjadi lebih buruk.

photo-1472566316349-bce77aa2a778

Melalui peristiwa dalam hidup kita, entah itu baik dan buruk, kita belajar siapa kita dan apa yang membuat kita terus berjalan. Ini bukan tentang berilusi bahwa kita bisa bahagia selamanya — ini tentang bagaimana kita dapat mengambil langkah demi langkah serta menerima bahwa kita akan melalui saat tidak bahagia. Selama tahun ini, saya mencoba melihat kembali apa saja yang telah saya rasakan dan pelajari:

Hidup ini penuh dengan ketidakpastian dan sungguh, itu tidak masalah

Sudah menjadi sifat alamiah manusia untuk ingin memiliki kendali dan penjelasan untuk hampir semua hal. Hal ini membantu kita untuk tetap tenang dan sedikit lebih waras. Bagaimana pun, sebenarnya hidup adalah rangkaian kejadian yang tak pasti.

Ya, kita memang memiliki kendali atas beberapa hal — seperti tindakan kita. Tapi jika menyangkut masalah tertentu, kita tidak memiliki kendali atas banyak hal, seperti pandemi yang kita jalani saat ini, apa yang dipikirkan oleh orang lain, cuaca, dan masih banyak lagi di muka bumi.

Ini tentang merasa nyaman untuk menjalani ketidakpastian. Sungguh, terkadang ketika saya ikhlas dan tidak mencoba mengetahui segalanya, semakin saya merasa lebih tenang.

Fokus pada perjalanan, bukan tujuan

Selama masa-masa up & down, seperti karena pandemi, pikiran saya selalu beralih ke mode fast forward. Tiba-tiba di kepala saya melompat ke beberapa tahun ke depan, apa yang sekiranya akan terjadi, ya?

Dengan pandemi ini, apakah orang yang saya cintai dan saya sendiri akan baik-baik saja? Apakah saya akan memiliki pekerjaan yang stabil?

Pola pikir ini membantu saya menyadari bahwa yang dapat dilakukan oleh saya adalah untuk berpikir untuk saat ini, masa ini. Terutama ketika dalam masa pandemi, berpikir terlalu jauh ke masa depan dengan penuh ketidakpastian hanya akan menambah pikiran yang tidak perlu dalam hidup saya, karena saya tidak tahu apa yang akan terjadi.

Ya, kita memang harus melangkah lebih hati-hati. Namun, penting juga untuk disadari bahwa kekhawatiran terus-menerus tidak menyelesaikan apa pun dalam jangka panjang. Rasanya itu hanya membawa kita menjauh dari semua momen berharga yang ada di sekitar kita saat ini.

Ada pelajaran baru setiap hari

Sejak pandemi juga, saya belajar untuk mulai lebih berhati-hati dalam pengeluaran dan menggunakannya dengan lebih bijak. Untuk tidak meremehkan kesehatan saya. Untuk benar-benar menghargai dan menikmati waktu berkualitas bersama keluarga dan teman. Tahun ini juga mengajari saya bahwa tidak ada yang pasti. Semua dalam sekejap, bisa diambil dan hilang.

Satu-satunya hal yang konstan dalam hidup adalah kebahagiaan batin

Tidak ada yang bisa menghilangkan kebahagiaan di batin kita. Tidak peduli betapa beratnya hidup, penting untuk menemukan kebahagiaan. Jadi meskipun kadang-kadang terasa sangat menantang, itulah yang saya coba lakukan dengan lebih sadar.

Berbicara dengan teman di telepon yang belum pernah saya hubungi cukup lama. Makan makanan yang belum pernah saya coba. Membaca buku yang lama saya tunda untuk menyelesaikannya. Tidak ada yang bisa mengambil kebahagiaan kecuali diri kita sendiri.

It’s okay to not be okay

Tidak apa-apa apabila kita merasa tidak baik-baik saja. We are human after all. Rasakan, ceritakan, tulis, atau lakukan sesuatu supaya beban itu tidak hanya kita pendam sendiri. Saya belajar banyak hal mengenai hal ini. Untuk mulai sedikit demi sedikit bercerita kepada orang yang bisa dipercaya, untuk memahami bahwa manusia tidak ada yang bahagia selamanya, untuk mengerti bahwa kita harus belajar mencintai diri kita sendiri.

Saya pernah bilang ke teman saya ketika bertanya apa yang bisa dibantu, saya menjawab,

“Terkadang, manusia ketika menghadapi masalah tidak harus selalu dibantu, biarkan dia menemukan caranya untuk membantu dirinya sendiri”.

Bukankah hidup itu juga perjuangan? Entahlah, mungkin saja saya salah, tapi setidaknya saya percaya, kita semua bisa memilih jalan mana yang akan kita tuju. Untuk menemukan kebahagiaan batin yang akan kita cari caranya, atau membiarkan kita tenggelam perlahan, lalu menghilang. In the end, life is a matter of choice. (*)

Dimas-Novriandi_black_high-res

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.