Memilih Untuk Bahagia

Pernahkah kamu berambisi untuk mendapatkan sesuatu atau mengejar satu tujuan, lalu ketika kamu telah mencapainya ternyata kamu tersadar hal itu bukanlah tujuan akhir yang kamu cari? Saya pernah dan tidak hanya sekali. Terkadang apa yang kita harapkan dan bahkan sudah kita persiapkan dari jauh hari, ternyata tidak berbanding lurus dengan harapan dan tujuan hidup yang tiba-tiba berubah karena dalam perjalan hidup akan selalu menemui kejutan baru. Perpisahan, pertemuan, kebahagiaan, kesedihan, kematian, dan seluruh kejutan-kejutan kecil atau pun besar dalam hidup.

Photo by Melfin Salim

Seorang sahabat baru saja mengatakan kepada saya,

Ingat gak Dim dulu kita berjuang keras dan ambisius melakukan banyak hal? Sekarang aku merasa sampai titik dimana aku tak lagi berambisi mendapatkan gaji lebih tinggi, posisi karir lebih di atas, atau hal-hal lain yang seakan-akan aku harus menunjukkan kepada semua orang kalau aku… berhasil. Berhasil untuk siapa? Sekarang yang paling penting aku harus merasa nyaman dengan apa yang aku kerjakan, apa yang aku pikirkan, dan menjadi bahagia sebagai diri aku sendiri.

Saya mengangguk-angguk setuju sambil menyesap secangkir kopi latte. Saya sendiri berpikir, hidup bukanlah hanya sekedar mengejar ambisi atau passion. Tidak semua orang memiliki endurance yang sama untuk bisa gagal berkali-kali sampai berhasil. Memilih satu hal yang bisa membuat kita bangun tidur dengan bahagia setiap hari, tidak merasa tertekan ketika mengingat besok sudah kembali hari Senin, atau percaya bahwa kita melakukan sesuatu yang bisa bermanfaat bagi orang lain, rasanya sudah lebih dari cukup. Karena bagi saya tidak semua orang terlahir di dunia ini untuk menjadi pemeran utama dalam hidup. Tepuk tangan pasti akan terhenti, lampu sorot akan kembali meredup, dan tirai akan menutup.

Walau ratusan pertanyaan masih tetap beterbangan di atas kepala. Apakah tidak apa menjadi bukan siapa-siapa? Apakah salah menjadi serba biasa? Dan apakah artinya saya mengalah dan kalah? Tetapi teman saya pernah berkata,

Pilihlah bahagia karena menjadi bahagia adalah satu hal yang bisa kita pilih.

Lalu saya pun memilih untuk bahagia. Walau perjalanan hidup akan selalu ada kejutan. Bukankah itu esensi menjalani hidup? Jadi, sudahkah kamu memilih bahagia? (*)

6 thoughts on “Memilih Untuk Bahagia”

  1. iya kak aku merasa lebih nyaman jadi biasa-biasa aja… gak bagus sih karena sepertinya gak berusaha nguji diri sendiri dan keluar dari zona nyaman. tapi ya… gitu deh. entahlah. masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.

    Like

  2. Aku suka banget dengan tulisan Dimas yang ini. :’)

    Sekarang yang aku lakukan adalah hal yang bikin aku happy sih, jadi kurang lebih emang tujuannya untuk bahagia, bukan untuk karir atau apalah itu. Yang penting diri sendiri bahagia, dan bisa membuat orang di sekitar ikut bahagia. ๐Ÿ˜€

    Like

  3. Aku memilih bahagia ini beberapa tahun lalu. Ya walaupun udah milih, sepanjang jalan memang ga bisa bahagia melulu karena pasti ada kejadian baru yang masih misteri.

    Suka sekali tulisanmu ini, Dims. :3

    Like

  4. dua tahun lalu, aku memutuskan bahagia dengan keluar dari zona nyaman. dan sekarang mau mengulang hal itu lagi. sekalipun yang dicapai, sudah seperti yang diinginkan, tapi kok tiba-tiba hati tidak merasa nyaman yaa… oh, saatnya berpindah lagi nihโ€”untuk memilih bahagia. hehe makasih atas postingan menghangatkan ini, kak dimas.

    Like

Leave a Reply to atemalem Cancel reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.